Mendadak ter-SMA3!

August 12, 2016

Mendadak ter-SMA3! Eh ga mendadak deng. Kan dari dulu juga, saya loyalis SMA3 sejati. Ditambah kakak juga sekolah di sana, menambah rasa ikatan batin ini 😎.

Jadi teringat awal-awal masuk SMA3, bekal NEM di atas 49.21, dari 6 pelajaran. Sebagai kaum minoritas karena berasal dari SMP yang ‘kurang popular’ πŸ˜–, saya terpesona melihat teman-teman dari SMP5 dan SMP2. Mereka tidak sekedar pintar, tapi juga cantik-cantik good looking dan serba bisa 😨! Ada yang jago olah raga, seni, bahasa, piano (uhuk 😘). Dan tampak begitu percaya diri dan nyaman dengan diri mereka sendiri. Mereka popular! Dan kami tidak 😳.

Adalah seorang Ketua Murid kami, di kelas 1A, yang sangat membuat suasana kelas begitu akrab dan menyenangkan 😊. Siapa? Ridwan Kamil?Β  πŸ˜„ haha Emil dulu orangnya ga sehangat sekarang. Adalah Ketua Murid kami, Zein, yang menjembatani culture gap antara saya (dan teman-teman minoritas lainnya) dengan mereka yang mendominasi sekolahan. Zein lah yang menceritakan siapa itu, gimana si itu, dst dst. Dia membuat saya tidak merasa asing, meski tentu saja anak-anak popular itu tetap tidak mengenali saya.

Zein sangat mengayomi teman-teman kelas 😊. Dia juga yang penuh ide untuk menyenangkan hari-hari bersekolah. Spt ide bolos sekelas ke Taman Lalu Lintas πŸ™ˆ, atau mabal ke Secapa Lembang πŸ™‰, pergi besama ke Dufan (yeaayy Dufan!)Β  πŸ™Š. dan semua kesenangan masa-masa SMA lainnya 😷. Tanpa dia, barangkali ingatan yang membekas di benak adalah nilai 1 dari pelajaran Fisika 😑, pelajaran yang sesungguhnya saya sangat sukai. Tetapi dijatuhkanmentalkan sehingga saya bersumpah tidak mau belajar lagi gelombang dan sebangsanya. Juga kenangan buruk susah berangkat dan pulang sekolah karena angkot jurusan Kelapa-Ledeng itu penuh terus 😭😭, padahal bawa-bawa mesin tik brother. Itu juga membuat saya bersumpah, nanti saya mau naik angkot jurusan Ledeng – Cicaheum aja, alias kuliah di ITB 😈.

Kebaikhatian Zein telah mengajarkan saya untuk tidak khawatir akan pertemanan, akan selalu ada teman yang menyapa dan menemani kita di saat kita merasa terasing. Kalopun teman spt itu tidak ada, maka KITA lah yang menyapa dan menemani. COBALAH! Bagaimana jika tidak mendapat sambutan? Atau bagaimana jika tidak ada teman yang ingin disapa dan ditemani kita? Berarti alhamdulillah, barangkali tidak ada yang merasa asing dan kesepian. At least, we’ve tried, rite? 😎

Jadi kalo ditanya, kenapa saya senang sekali menyapa? Ya karena saya tahu bagaimana senang disapa (Zein); meski teman sebangkunya rajin membully saya hahahah 😈😈  (no mention). Lalu kenapa saya terlihat kalem dan tenang di keramaian 😎😎? ya karena kalau ramai, berarti tidak ada yang kesepian. Saya tidak perlu menyapa, kan? Atau membuat tambah ramai. Everybody sudah happy 😘.

Zein mengajarkan bagaimana memperhatikan teman, mengenali teman, menceritakan kembali tentang teman-teman dengan segala sisi kebaikan masing-masing. Tidak ada tempat untuk hal negatif, not worth. Tidak ada tempat untuk memperbesar perbedaan. Kita semua sama, kita ini teman. Itu yang saya simpulkan dari pertemanan saya dengan Zein.

Tahun lalu, kami angkatan 90 SMA 3 bereuni perak. Acara diadakan di sekolah. Dimulai dengan red carpet dan berbagai backdrop yang luar biasa, lalu perjalanan dengan bus bandros, berikut jajanan di sepanjang jalan kalimantan yang khusus ditutup dalam rangka reuni itu, dilengkapi panggung. Dilanjut acara sore kunjungan kelas, pelepasan balon harapan, dan pameran jadul dimana sebuah kelas didesain khusus masa lalu. Even bangku kelasnya pun spt dulu. Dan ditutup dengan makan dan musik di rooftop sekolah .

Semuanya amazing 😍 . Panitia yang solid, dana yang mengalir berkat koordinator kelas yang luar biasa, juga melibatkan anak-anak ekskul SMA3 itu sendiri merupakan ide brilian. Sie acara betul-betulΒ  kreatif. Aku ngefans! Sound systemnya pun canggih luar biasa. Kita mendengarkan panggung dan masih tetap bisa mengobrol tanpa teriak. itu akustiknya ditata sedemikian oleh sound engineer handal πŸ’ž.

[Ga pernah saya temui suasana spt itu, even di acara-acara kampus ITB yang konon banyak insinyur pinternya di bidang akustik. Bahkan di acara HbH IA ITB tadi malam pun, saya harus berbicara ke kuping temen, karena musik di panggung begitu berisik 😡😡 . No offense, darling 😘 ]

Saat itu, di saat setelah acara sore dan jeda menuju acara malam, seorang teman menanyakan rute ke RS Santosa. EH iya. Aku jadi keingetan, Zein dirawat di sana. Zein sudah lama sakit, ginjal yang tidak berfungsi dengan baik. Berbagai cuci darah sudah dijalani. teman-teman tentu selalu menengok. tapi saya belum pernah. Terbersit penyesalan, di tengah kegembiraan reuni, saya belum sempat juga menengok Zein πŸ˜₯ . Kirim doa dulu saja.

Keesokan harinya, masih saat suasana reuni membekas rasa di hati, saya menyempatkan menengok Zein. Sendiri saja. Di sana bertemu Indri yang memang mamahnya dirawat di sana. Juga bertemu teman kelas lain, yang juga saudara Zein. Zein tampak lelah, ginjalnya memang sudah tidak berfungsi dg baik. Sedang persiapan besok cuci darah dengan teknik dan metode yang ah saya ga kebayang dan ga hapal. Sakit pastinya. Kondisi itu membuatnya beberapa kali koma. Tapi dia masih semangat spt dulu. Zein menyapa duluan; mengajak ngobrol duluan, memperhatikan saya, menawarkan makan, dan cerita banyak hal. Banyak sekali 😍. Harusnya dia istirahat, tapi dia bilang gpp, dia ingin release semuanya. Dia bilang, senang sekali bisa bertemu, sahabat lama. Aku senang sekali karena Zein mengingat saya sebagai sahabat. Berbagai rahasia kecil dia sampaikan 😏 . Termasuk juga pujian, Panca itu jenius heheh.. iyah, dia memang sound engineer handal.

Itulah saya bertemu dan berbincang lama. Sisanya, menengok ketika dia terbaring koma. Dan menengok ketika sudah ga ada. Kadang saya ga mengerti, kenapa garis hidup begitu tidak sesuai pola dan teori yang saya yakini. Orang baik, malah meninggal duluan; orang jahat rame-rame ngemplang pajak dan belanja rubicon mewah. Tapi itu semua sudah menjadi ketetapan Allah πŸ’ž.

Hari ini saya sangat teringat Zein πŸ˜‡ , ntah sedang apa dia di sana. Bersama mamah saya, dan juga semua orang yang telah meninggalkan kita. Saya ingin sekali menyampaikan terima kasih, kalo saya ga pernah bertemu orang spt Zein, barangkali saya tidak tahu bagaimana menyapa dan memperlakukan orang dengan hangat. Saya akan selalu menjadi spt itu, insya allah, itu sebagai rasa terima kasih saya yang belum pernah disampaikan langsung kepadanya. Semoga Zein baik-baik di sana, keluarga yang ditinggalkan tetap dalam lindungan Nya. Dan semoga banyak Zein-zein ramah penuh perhatian ada di sekitar kita.

Miss u Zei πŸ˜”. Thank you for being my friend. Since we’re 16, rite?

Lagu ini lagu 1D. 18. Lucu sih, saya dengarkan terus menerus ketika menulis ini. Itu sih ttg percintaan; tapi saya suka liriknya: I have loved you since we’re 18. itu saya tujukan untuk seluruh teman-teman 90sma3, yeah, I have loved You all, since we’re 18. 😘

PS: don’t get me wrong. saya love as a friend and family. bukan clbk, kasih tak sampai, dan hal norak kampungan lainnya yang tidak pernah menarik buat saya.

I wanna love like you made me feel when we were 18. 😘

 

3 Responses to “Mendadak ter-SMA3!”

  1. Ain Says:

    Ahhh.. aku melelehh.. 😳😳

  2. astyaep Says:

    Kerenn teeehhh ayiiii


  3. halo, anak SMA tetanggga!


Leave a comment