Sore tadi, ada pesan di WA di grup dosen IF Unpas, tentang undangan di Hotel Panghegar dari Walikota Bandung. Terkait Bandung Smart City Council. Undangan ditujukan untuk Aptikom Jawa Barat di mana Unpas sebagai pengurus, terutama Pak Rektor sebagai Ketua Aptikom Jabar. Saya pun tertarik untuk turut menghadirinya. Setelah beberapa gaung smart city saya dengar, baru kali ini saya menyempatkan diri untuk menyimak. — Betul-betul distracted  dari keistiqomahan saya dalam mengurusi studi dan riset studying, tapi boleh lah tuk malam ini.. Saya betul-betul galau at wits' endterkait SNMPTN dan SBMPTN dan seputarnya (sementara sang boga lalakon sih tampak cool cool saja, saya yang ga bisa tidur sampai sekarang !)

Kembali ke BSCC, sedikit terheran kenapa ada undangan confused. Apa Emil yang turut mengundang karena kami pernah mengundangnya di acara Aptikom (meski batal hadir). Tapi rupanya pak Ilham Habibie yang menyambungan Aptikom Jawa Barat dengan acara ini, Alhamdulillah. Sebagai Ketua Pelaksana Dewan TIK Nasional (DetikNas) Pak Ilham memang kami undang di acara Aptikom Jabar 22 Mei lalu, beliau menyempatkan hadir, meski rusuh, semangat menerima pertanyaan dan mau saja berfoto (tuk tuk, siapa hayooo yang minta foto thinking). Sejak melihat beliau di acara Teknik Informatika di ITB, saya mensegani beliau. Betul-betul rendah hati, mirip sekali dengan ayahandanya yang fave saya selalu angel.

Read the rest of this entry »

Malam ini, menunggu gerbang http://snmptn.itb.ac.id/ dibuka. Nyaris tanpa harapan, karena jalur snmptn ini mengharuskan kepemilikan raport selama 5 semester dengan nilai konstant dan membaik. Dan atas dasar pilihan bahwa “nilai bukan segala-galanya”, kriteria itu tidak akan bisa terpenuhi. Pilihan yang pahit, tapi barangkali karena kurang berpengalaman saja. Buktinya, banyak anak-anak lain yang bisa koq, ya pintar ya berkarakter. Knowledge is power but character is more, ya kan?

Sedih itu ada, tapi ah sudahlah. Just let it go..

Setiap ada konflik ataupun keberuntungan sebuah prestasi, setiap itu pula saya mengingatkan kembali atas hakekat hubungan antara ibu dan anak. Ya, kalo semua itu adalah kehidupannya, tak sepatutnya seorang ibu seolah-olah memiliki peran yang lebih utama. Ini tentang sang anak, bukan tentang sang orang tua. Meski tentu, selalu ada kontribusi, timbal balik. Namun kadang, terlalu lebayyyy menanggapinya; karena lebay is in this blood :D.

Seperti malam ini, atau malam-malam penentuan simpangan kehidupan anak, ibulah yang lebih galau (ibulau) dibandingkan si pemeran utama, yaitu sang anak. Untuk itulah, saya selalu mengingat puisi ini, puisi cantik dari Khalil Gibran. Saya selalu mengingatkan diri ini: Anak itu adalah amanah, tugas kita menjaga amanah ini dengan baik bukan mengambil perannya. Berilah teladan, dukungan nyata, dan tentu doa. 

Anak Anakmu (Kahlil Gibran)

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki ikiran mereka sendiri

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan

Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Itulah adalah nama laundry.

Ada empat cabang di Bandung. Salah satunya, tempat saya menitipkan pakaian-pakaian untuk dicuci, karena saya tidak akan sempat melakukannya. Sayangnya, sudah beberapa kali kejadian, packing mereka sangat tidak teliti. Baju orang lain masuk ke saya, pakaian saya tidak ada. Kami kembalikan pakaian yang bukan milik kami, tapi pakaian kami tidak kembali. Beberapa kejadian awal, saya maklumi karena itu juga keteledoran kami tidak segera menyadari, sementara komplen katanya harus maksimal 1×24 jam setelah pengambilan pakaian. Tapi kemarin itu sungguh keterlaluan, pegawai hanya menyatakan “tidak tahu” “tidak mungkin tertinggal” (heh, koq bisa bilang tidak mungkin) “ibu cek lagi, ibu cek lagi” “di sini banyak bu, bingung” (ya eya lah, udah konsekuensi). Astaga, jelas-jelas ada pakaian orang lain masuk ke kami, dan pakaian kami tidak ada, tapi bilang tidak tahu apa2 dan menyalahkan konsumen (disuruh cek lagi).

Ternyata, mereka hanya menghitung jumlah pakaian saja, asal jumlah cocok ya sudah. Berarti, ada pencampuran ketika packing/strika.

Mungkin kejadian kecil, tapi sungguh menjengkelkan. Bisnis laundry memang menjamur di Bandung. Seorang rekan malah punya waralaba merk laundry-nya. Berapa coba harga waralabanya? 100jt!! Ternyata modalnya mahal juga, dan dari hitungan yang dijanjikan, balik modalnya cukup cepat dan lumayan menguntungkan. Beberapa kali saya tertarik untuk membaca proposal penawaran waralaba tersebut. Tapi setelah merasakan sendiri cuci mencuci di berbagai laundry, ternyata pada konsumen tidak cukup dilindungi.

Misalnya: tertulis disclaimer: tidak bertanggung jawab atas kerusakan pakaian. Dan tidak ada sama sekali pembahasan tentang pakaian yang hilang heheheh.. atau “baju yang tertukar” (kayak sinetron aja).

Tidak ada perlindungan konsumen. Sebagai konsumen yang pernah dirugikan bisnis tersebut, tentu saya tidak berani membuka bisnis laundry :D. Untuk apa berbisnis rupiah menggiurkan kalo sebetulnya mendzolimi? Eh yang namanya bisnis kan memang harus kejam ya hahaha.. 

SIlahkan saja bagi peminat. Saya ga kebayang untuk detail2 komplen dari pelanggannya hehehehe.. Juga kekesalan para pelanggan (termasuk saya).

*masih bete: kerudung kesayangan, pakaian si teteh kembaran si ade, pakaian dalam BARU!

Yah beginilah nasib yang tidak memiliki asisten rumah tangga. Mengandalkan bisnis-bisnis bantuan semaksimal mungkin. Misal laundry, belanja ikan yang bonus dimasak, dll. Punya asisten rumah tangga juga memang tidak akan lepas dari berbagai persoalan, tidak punya asisten rumah tangga juga sama saja akan ada banyak persoalan. Begitulah hidup, thread-off :). Tapi untuk sebuah bisnis, ya ga boleh merugikan konsumen dong. (Bisnis) laundry yang aneh..